Sabtu, 14 November 2015

Selalu Ada Dirimu

Ilustrasi/Ist.

Ada yang perlu kau ketahui
Ucapan kata-katamu
Buat hatiku telah hancur bak kepingan kaca
Rasanya jiwa menelusuri lorong gelap
Tak ku ketahui kemana arahnya

Ku terima kenyataan bahwa kau jauh bukan milikku
Namun, rasanya sesuatu selalu saja buat hati ini terpaut tak ingin pergi
Mengapa aku selalu gagal untuk bertanya
Mengapa aku tidak pernah bisa mengakuinya
Meski hati ini lelah bersandar pada bayangan

Pada akhirnya engkau seperti selalu saja ada d isana
Menunggu kenyataan yang tak kunjung tiba
Jelaslah itu membosankan bagiku

Jauh dalam relung jiwaku
Perasaan ini selalu bergetar untuk ada-mu
Namun, bagaimana keresahan yang timbul
Tak dapat sanggup untuk selalu ku tahan
Hingga selalu saja memeluk bayangmu dalam kesunyian
Nyatanya, cinta yang kuharap itu tak pernah ada

Anonymus

Senin, 09 November 2015

Kisah Terjadinya Danau Tigi di Kabupaten Deiyai

Danau Tigi di Deiyai, Papua. Foto: Google Maps

Cerita ini dikisahkan menurut versi marga Tigi yang bermukim di daerah Kamuu secara turun temurun. Cerita Terjadinya asal usul danau Tigi  telah terbentuk sejak satu generasi sebelum Bapak Dege Bobeuta Tigi. Dege Bobeuta Tigi mengisahkan cerita tersebut di atas kepada putra sulungnya Bapak Gatimaitaka Tigi. Bapak Gatimaitaka Tigi mengisahkan cerita ini kepada putra sulungnya Donatus Tigi. Donatus Tigi menmgisahkan lagi kepada putra sulungnya Jhon Tigi. Jhon Tigi generasi kelima meneruskan kepada peneliti dengan bahasa Indonesia dengan bertujuan mempermudah dalam proses penelitian ini.

Namun empat generasi sebelum pengisah Jhon Tigi keempat-empatnya mengisahkan Cerita Terjadinya Danau Tigi dalam bahasa Mee.

Mereka mengisahkan bahwa danau Tigi adalah seorang putri marga Tigi dari Dogiyaugi daerah Kamuu, bukan dari daerah Tigi. Alasan mereka adalah seorang pemuda warga Woge dari daerah Pona kawin dengan seorang gadis daerah Kamuu. Pemuda Woge menetap di daerah lembah Kamuu bersama gadis di Dogiyaugi. Dogiyaugi merupakan daerah pertemuan si pemuda marga woge dan si gadis lembah.

Hal pertemuan, berkumpul, hidup sebagai suami istri, hidup sebagai saudara, hidup sebagai anggota keluarga secara bersama, dan lain-lain yang penting bertujuan menghasilkan sesuatu. Hal ini dalam bahasa Mee disebut &ldquo Tigii&rdquo.

Dengan singkat Tigii berarti bertemu atau berkumpul untuk menghasilkan sesuatu. Jadi, artinya hasil pertemuan sebagai suami istri antara pemuda Woge dengan pemudi lembah Kamuu, menurunkan satu putri yang namannya Tigiimau Tigi, satu putra Tigii yang namanya Tigiidege Tigii dan dua putra lagi namanya Douw dan Iyowau.

Pemberian nama Tigiimau Tigii dan Tigiidege Tigii artinya putri dan putra yang merupakan hasil pertemuan si pemuda marga Woge dengan si gadis lembah Kamuu.Pemberian nama diri seseorang pada masa lampau di dalam kehidupan suku Mee sekarang diubah menjadi nama marga. Alasan dahulu nama pribadi sekarang diubah menjadi nama marga (clan) karena masa lampau orangnya sedikit dan tidak ada nama marga. Yang ada &ldquoMee&rdquo dalam kehidupan suku Mee pada saat itu. Pemebrian nama Douw dan Iyowau adalah saudaranya Tigiimau dan Tigiidege Tigii. Keturunan mereka berempat tidak boleh memadu cinta antarsatu sama lain sebab saudara kandung.

Keempat bersaudara di atas, mereka tersebar di sekitar daerah Dogiyaugi, yaitu Tekewapa, Epeida, Kimupugi, Digipuga, Titokunu, Abaimaida, Dawaikunu, Bomomani, Bokaibutu dan Puduu.

Orang yang dijadikan sebagai pelaku utama dalam Cerita Terjadinya Danau Tigi adalah Tigiimau Tigii (Putri Tigi). Putri Tigii berasal dari keluarga Woge yang senantiasa hidup baik. Tidak pernah ada pertengkaran antarsuami-istri dan anak-anaknya namanya saja Tigi (berkumpul bersama). Mereka selalu hidup damai, hidup aman dan  tentram.

Namun Putri Tigi kawin dengan seorang pemuda yang sifatnya lalim. Keluarga mereka berdua berantakan karena sifat suaminya tidak berubah selalu saja sifatnya yang jelek berada di dalam dirinya. Lalu Putri Tigi berasal dari keluarga yang nyaman merasa tertekan dengan sifatnya suami. Hal-hal yang baik dari Putri Tigi, diterapkan di dalam keluarga yang baru terbentuk, namun sia-sia belaka sebab suaminya tidak mengerti kehidupan keluarga yang baik.

Dari kedua latarbelakang kehidupan yang berbeda menimbulkan ketidaknyamanan dalam keluarga mereka berdua yang telah terbentuk. Pada saat itu juga hampir melahirkan anak pertamanya, namun suami bengis itu mengusir dengan cara mengutuk istrinya dan janinnya yang ada di dalam kandungan Ibu Tigi. Kata-kata kutukannya &rdquoHei perempuan jahanam keluarlah  dari pintu belakang bersama janinmu yang ada di dalam perutmu&rdquo.

Terpaksa dalam keadaan emosi dan berbadan berat Putri Tigi keluar melalui pintu belakang dan mengembara ke arah utara, lalu berjalan lagi ke arah timur. Dengan jerih-payah menaiki lereng gunung Odedimi. Di gunung Odedimi inilah Putri Tigi memperoleh kekuatan dari dalam dirinya dan berkemampuan berjalan dan bertindak sesuatu.  lalu ia menuruni lereng  gunung  Odedimi sebelah timurnya. Lalu di lembah berikutnya ia bertemu dengan beberapa orang penghuni lembah itu. Putri Tigi  lelah, ia beristrahat di  lembah ini, ternyata di pandangan mata orang-orang di sekitarnya, Putri Tigi dikelilingi genangan air secara tiba-tiba sampai sebatas lehernya. Orang-orang di lembah itu menjadi panik, lalu membatasi diri mereka dengan patokan-patokan kayu buah agar mereka tidak tergenang air sama seperti Putri Tigi.

Putri Tigi sendiripun tidak tahu kalau telah tergenang air di sekelilingnya, tetapi karena melihat orang-orang di sekitarnya membatasi diri mereka dengan patokan-patokan kayu buah, dia terkejut dan terangkat lalu ia terbang ke arah timur yang paling jauh dari tempat itu. Ia turun di sebuah lembah yang terjauh.

Di sinilah ia dapat melahirkan putranya dengan selamat. Putranya diberi nama Takimay. Takimay adalah menghadirkan dirinya di kalangan orang lain sebelum diterima sebagai anggota masayarakat baru, menghadirkan dirinya  secara tiba-tiba di tengah-tengah marga Adii dengan maksud harus diterima sebagai anggota masyarakat di daerah baru berhubung kondisi badan Putri Tigi bukan manusia biasa lagi, melainkan berubah menjadi  genangan air.

Dengan demikian, putranya diserahkan kepada marga Adii untuk dijaga dan dipelihara, sedangkan Putri Tigi sendiri  telah berubah menjadi genangan air yang cukup luas menutupi sebuah lembah baru, Lembah itu sejak Putri Tigi menjadi genangan air sampai saat ini dijuluki  lembah Tigi. Genangan air yang cukup luas dinamakan danau Tigi. Orang&ndashorang di sekitarnya disebut  penduduk Tigi. Daerah di sekitar danau Tigi disebut daerah Tigi. Wilayahnya disebut kecamatan Tigi pada saat ini.

Kemudian di daerah Kamuu yang pernah disinggahi Putri Tigi disebut Tiganidouda. Tiganidouda artinya Putri Tigi pernah singgah di lembah sempit itu. Atau bekas genangan air danau Tigi

Jadi, genangan air yang cukup luas itu adalah Putri Tigi yang terkutuk. Setelah Putri Tigi berubah menjadi genangan air, datanglah bapak kandungnya dari lembah Kamuu untuk mencari putrinya yang menghilang, ternyata putrinya menerima kedatangan Bapak dengan cara terpasangnya genangan air, hingga sebatas lehernya.

Tetapi Bapak tidak panik, lantas Bapak mengatakan terhadap genangan air itu dengan tenang &ldquosurutlah anakku, akulah Bapakmu mencari engkau&rdquo, dengan demikian genangan air itupun surut seketika itu juga. Setelah kejadian itu, dengan terharu Bapaknya memberi nama genangan air adalah danau Tigi, agar keturunan marga Woge dan Tigi dapat mengenangnya.

Sumber: deiyaikab.go.id

Minggu, 08 November 2015

Kata-Kata Bijak dalam Novel "Sang Alkemis" Karya Paulo Coelho

Cover dari Novel "Sang Alkemis"


 *) "Dusta terbesar itu: Bahwa pada satu titik hidup kita, kita kehilangan kendali atas apa yang terjadi pada kita dan hidup kita jadi dikendalikan oleh nasib" - Sang Raja

*) "Takdir adalah apa yang selalu ingin kaucapai. semua orang, ketika masih muda, tahu takdir mereka, pada titik kehidupan itu, segalanya jelas, segalanya mungkin. Mereka tidak takut bermimpi, mendambakan segala yang mereka inginkan terwujud dalam hidup mereka. tapi dengan berlalunya waktu, ada daya misterius yang mulai meyakinkan mereka bahwa mustahil mereka mewujudkan takdir tersebut" - Sang Raja

*) "Dan saat engkau menginginkan sesuatu, seluruh jagat raya bersatu padu untuk membatumu meraihnya" - Sang Raja

*) "Di masa-masa awal kehidupan mereka, manusia sudah tahu alasan keberadaan mereka, barangkali ini juga sebabnya mereka menyerah terlalu cepat, tapi memang begitulah adanya" - Sang Raja

*) Kalau kau memulai dengan menjanjikan sesuatu yang belum kau miliki, kau akan kehilangan hasratmu untuk berusaha memperolehnya - Sang Raja

*) "Sebab aku tidak hidup di masa lalu ataupun di masa depan. Aku hanya tertarik pada saat ini. berbahagialah orang yang bisa berkonsentrasi hanya untuk saat ini" - Santiago

*) "Kau harus mengerti, cinta tak pernah menghalangi orang mengejar takdirnya. Kalau dia melepaskan impiannya, itu karena cintanya bukan cinta sejati. Bukan cinta yang berbicara bahasa dunia - Sang Alkemis

*) "Orang dicintai karena dia memang dicintai. Tak perlu ada alasan untuk mencintai - Fatimah

*) "Penghianatan adalah pukulan tak terduga-duga. Kalau kau mengenal hatimu dengan baik, dia tak akan pernah mengkhianatimu. Sebab kau tahu pasti mimpi-mimpi dan keinginan-keinginannya, dan kau tahu juga cara menyikapinya - Sang Alkemis

*) "Katakan pada hatimu, rasa takut akan penderitaan justru lebih menyiksa daripada penderitaan itu sendiri, dan tak ada hati yang menderita saat mengejar impian-impiannya, sebab setiap detik pencarian itu bisa diibaratkan pertemuan dengan Tuhan dan keabadian - Sang Alkemis

*) "Bukan cinta namanya kalau hanya berdiam diri saja seperti padang pasir, atau menjelajahi dunia seperti angin. Bukan pula cinta namanya, kalau hanya memandang segala sesuatu dari kejauhan seperti matahari. Sebab saat kita mencintai, kita selalu berusaha menjadi lebih baik - Santiago

*) "Setiap orang di dunia ini, apa pun pekerjaannya, memainkan peran penting dalam sejarah dunia. Dan biasanya orang itu sendiri tidak menyadarinya - Sang Alkemis. (*)
 

Resensi Novel "Sang Alkemis" Karya Paulo Coelho

Cover dari Novel "Sang Alkemis"

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa: Tanti Lesmana
Desain Sampul: Eduard Iwan Mangopang
Ukuran: 13.5 x 20 cm
Tebal: 216 halaman
Terbit: Juni 2012
Cover: Softcover
ISBN: 978-979-22-8520-8
Cetakan ketiga belas: Juni 2012

Rata-rata setiap tahun, muncul sebuah buku yang mengubah hidup para pembacanya selamanya. Novel Paulo Coelho yang memikat ini telah memberikan inspirasi bagi jutaan orang di seluruh dunia. Kisah yang sangat sederhana, namun menyimpan kebijaksanaan penuh makna, tentang anak gembala bernama Santiago yang berkelana dari rumahnya di Spanyol ke padang pasir Mesir untuk mencari harta karun terpendam di Piramida-Piramida. Di perjalanan dia bertemu seorang perempuan Gipsi, seorang lelaki yang mengaku dirinya Raja, dan seorang alkemis—semuanya menunjukkan jalan kepada Santiago untuk menuju harta karunnya.

Tak ada yang tahu isi harta karun itu atau apakah Santiago akan berhasil mengatasi rintangan-rintangan sepanjang jalan. Namun perjalanan yang semula bertujuan untuk menemukan harta duniawi berubah menjadi penemuan harta di dalam diri.

Kaya, menggugah, dan sangat manusiawi, kisah Santiago menunjukkan kekuatan mimpi-mimpi dan pentingnya mendengarkan suara hati kita. Inilah plot yang dipilih Paulo Coelho untuk novelnya yang berjudul Sang Alkemis.

Novel ini bercerita dengan memukau tentang Santiago, bocah gembala Andalusia yang tidak bersekolah karena kedua orang tuanya hanya bekerja sebagai petani. Dan kedua orang tuanya menginginkan Santiago kelak besar nanti untuk menjadi seorang Pastor. Tetapi keinginan Santiago berlawanan dengan keinginan kedua orang tuanya, Santiago hanya berkeinginan untuk mengembara mencari harta duniawinya. Dari kampung halamannya di Spanyol, ia ke Tangier dan menyebrangi gurun Mesir.

Setting inilah, menurut Romerikes Blad ( Norwegia ) dalam pujian internasional untuk Sang Alkemis, yang kemudian menjadi unsur pokok penciptaan suasana, yang diilhami oleh dongeng-dongeng tradisional, dinafasi oleh kitab-kitab suci dan legenda-legenda. Bahkan tidak sungkan Romerikes Blad (Norwegia) menilai karya Paulo Coelho sebagai salah satu dari segelintir karya yang berhak menyandang gelar fenomena penerbitan. (hlm.ii)

Novel ini dimulai dengan pemaparan yang menarik mengenai bocah yang bernama Santiago dengan kawan-kawan ternaknya bermala di sebuah gereja yang terbengkalai dan pohon sikamor yang sangat besar tumbuh di titik tempat sakristis pernah berdiri. Ketika ia sedang tidur Santiago bermimpi yang sama seperti minggu lalu, dan sekali lagi ia terbangun sebelum mimpinya selesai. Lalu Santiago bangun dan mengambil tongkat untuk membangunkan domba-dombanya yang masih tidur. Santiago segera memperhatikan hewan-hewannya yang sudah mulai ribut. Sepertinya ada energi misterius yang menghubungkan hidupnya dengan domba-domba, yang telah bersamanya selama dua tahun, mengembalakan mereka menyusuri pedesaan guna mencari makan dan air. “Mereka sudah begitu terbiasa denganku hingga tahu jadwalku,” gumam si bocah. Memikirkan hal tersebut ia sadar boleh jadi sebaliknya : dialah yang menjadi terbiasa dengan jadwal dombanya .(hlm.6).

Ketika beberapa hari kemudian dia selalu berbicara kepada dombanya hanya satu gadis yaitu, putri pedagang kain. Paras gadis itu khas Andalusia, dengan rambut hitam bergelombang dan mata yang secara samara-samar mengingatkannya pada para penakluk bangsa Moor. Baru kali ini Santiago ingin menetap di suatu daerah.

Santiago berfikir bila suatu hari nanti dia menjadi monster, dan memutuskan untuk membunuh dombanya, satu-persatu. Ia pun terkejut dengan pemikirannya. Dia berfikir mungkin karena gereja itu, dengan pohon sikamor yang tumbuh di dalamnya, ada hantunya. Itulah yang menyebabkan ia bermimpi yang sama dua kali, dan menyebabkan dia merasa geram terhadap kawan-kawan setianya.

Seketika Santiago berfikir untuk mewujudkan mimpi menjadi kenyataan membuat hidup menarik. Lalu ia menemui seorang perempuan di Tarifa, yaitu seorang peramal. Peramal itu berkata, ”dan ini tafsirannya: kamu harus pergi ke Piramida di Mesir. Aku belum pernah mendengar tentangnya, tapi, bila seorang anak menunjukannya padamu, artinya tempat itu benar-benar ada. Di sana akan kau temukan harta yang akan membuatmu kaya.”(hlm 18).

Lalu Santiago melanjutkan perjalanannya untuk menuju ke Piramida di Mesir. Tetapi ketika sedang di perjalanan Santiago bertemu dengan orang tua yaitu seorang raja dari Salem. Raja itu mengetahui maksud perjalanan Santiago, yaitu mencari legenda pribadinya. Raja itu akan memberi tahu bahwa harus pergi ke arah mana agar Santiago sampai di Mesir, tetapi Raja itu meminta imbalan dengan memberinya sepersepuluh dari domba yang dimiliki oleh Santiago. Di tengah alun-alun dengan angin yang mulai kencang. Dia tahu angin apa itu: orang menamakannya levanter, karena pada saat itulah bangsa Moor datang dari kota Levant di ujung timur Mediteranea. ”di sinilah aku, antara kawanan dombaku dan hartaku.” Pikir si bocah. Pada esok harinya Santiago bertemu lagi dengan Raja tua itu. ”Dimana harta karun itu?” tanya Santiago. ”Di Mesir dekat Piramida.” jawab si Raja. Lalu raja itu memberikan dua buah batu yang tertancap di tengah-tengah penutup dadanya, yang diberi nama Urim dan Thummim.

Setelah sampai di Afrika ketika di sebuah kedai dia bercakap-cakap dengan seorang pemuda yang tidak lain adalah seorang pencuri, dan akhirnya uang yang dimiliki oleh Santiago di ambilnya pergi. Santiago harus pergi ke Gurun Sahara tanpa mempunyai uang sepeser pun, untuk meraih legenda pribadinya. Lalu setelah si bocah berjalan, si bocah menemukan sebuah toko kristal dan akhirnya si bocah bekerja di toko kristal tersebut.

Pedagang itu memahami perkataan si bocah. Kehadiran si bocah di toko kristal itu merupakan suatu pertanda dan seiring berjalannya waktu dan mengalirnya uang ke laci, dia tidak pernah menyesal telah mempekerjakan si bocah. Dia mendapat bayaran lebih dari semestinya, karena pedagang itu menduga penjualan tidak akan tinggi, dan sebab itu ia menawari si bocah persentase komisi yang besar. Dia mengira si bocah akan segera kembali ke domba-dombanya. ”mengapa kamu ingin pergi ke Piramida?” tanya si pedagang kristal itu. ”Karena aku selalu mendengar tentang Piramida.” jawab si bcah, tanpa sedikit pun menyebut mimpinya. Harta karun itu sekarang bukanlah apa-apa selain ingatan yang menyakitkan, dan dia berusaha menghindar dari memikirkan hal itu. ”Aku tidak pernah mendengar ada orang di sini yang mau mengarungi gurun hanya untuk melihat Piramida,” kata si pedagang. ”piramida-piramida itu hanya tumpukan batu. Kamu dapat membuatnya di halaman rumahmu. ”si pedagang berkata lagi. ”Bapak tidak pernah bermimpi berkelana.” kata si bocah. ”Bapak hanya ingin menjalankan kewajiban ke lima sebagai seorang muslim, yaitu pergi menunaikan ibadah haji.” jawab si pedagang. (hlm 62).

Setelah beberapa bulan si bocah bekerja di toko kristal itu, lalu si bocah meneruskan perjalannannya untuk pergi ke Piramida. Lalu si bocah bertemu dengan lelaki inggris yang sedang duduk di sebuah bangku panjang di suatu bangunan yang berbau binatang, keringat dan debu. Bangunan ini separuh gudang, separuh kandang. Lalu si bocah bercakap-cakap dengan lelaki inggri itu, ternyata lelaki inggris itu sedang mecari seorang alkemis yang tertulis di suatu buku, alkemis itu termansyur di Arab yang mengunjungi Eropa. Dikatakan bahwa umurnya lebih dari duaratu tahun, dan bahwa dia telah menemukan batu Filsuf dan Obat Hidup. Lelaki inggris itu terkesan dengan kisah tadi. Tapi dia tidak pernah mengira bahwa cerita itu bukan sekedar dongeng, bila seorang temanya-sekembali dari ekspedisi arkeologi di gurun-tidak memberi tahu dia tentang seorang Arab yang memiliki kekuatan-kekuatan yang menakjubkan. ”Dia tinggal di oasis Al-Fayoum,” tutur temannya itu. ”Dan orang-orang bilang umurnya dua ratus tahun dan bisa mengubah logam apapun menjadi emas.” (hlm 77).

Lalu si bocah dan laki-laki itu pergi melewati gurun untuk pergi ke oasis bersama rombongan Kafilah. Gurun adalah hamparan pasir di beberapa tempat dan bebatuan di tempat lainnya. Jika karavan terhalang oleh bebatuan besar, ia harus mengitarinya; bila ada daerah bebatuan yang sangat luas, mereka harus mengitari putaran besar. Kalau pasir terlalu lunak bagi kuku-kuku hewan, mereka mencari jalan yang tanahnya lebih keras.

Di saat lain, muncul orang-orang misterius yang berkerudung; mereka adalah orang-orang Badui yang mengawasi jalannya rute karavan. Mereka memberi peringatan tentang para perampok dan suku-suku buas. Suatu malam, suatu penunggang onta mendatangi unggun orang inggris dan si bocah duduk.”Ada isu tentang perang suku,” ungkapnya kepada mereka. Ketiganya terdiam. Si bocah merasakan adanya rasa takut di udara, meski tak seorangpun yang mengatakan sesuatu. Sekali lagi ia merasakan bahasa tanpa kata-kata...bahasa universal.

”Sekali kamu masuk ke dalam gurun, tak ada jalan untuk kembali,” ujar penunggang unta itu. ”Dan, bila kau tak dapat kembali, yang harus kau pikirkan hanyalah jalan terbaik untuk bergerak ke depan. Selanjutnya terserah Allah, termasuk bahaya.”Dan dia menyimpulkan dengan mengucap kata misterius itu: ”Maktub.”(hlm 89).

Di oasis si bocah bertemu dengan seorang gadis yang bernama Fatimah, seorang gadis yang memikat hati si bocah. Si bocah telah melupakan untuk meraih legenda pribadinya karena ia sudah memiliki satu ekor unta, uang hasil bekerja di toko kristal, lima puluh keping emas dan ia sudah memiliki Fatimah. Di negrinya ia akan jadi orang kaya. Tetapi kata Sang Alkemis semua yang kau punya sekarang bukan berasal dari Piramida. Alkemis itu akan mengantarkan si bocah untuk meraih legenda pribadinya. Dan mereka memulai perjalannya untuk pergi ke Piramida meski sedang terjadi perang suku di gurun tersebut.

Di hari ke tujuh perjalanannya, Sang Alkemis memuruskan membuat tenda lebih awal dari biasanya. Elangnya terbang mencari buruan, dan Alkemis menyodorkan tempat minumnya pada si bocah. ”Kau hampir tiba di perjalananmu,” kata sang alkemis. ”kuucapkan selamat padamu untuk pencarian Legenda Pribadimu.”
”Hanya ada satu cara untuk belajar,”jawab sang Alkemis. ”Melalui tindakan. Semua yang perlu kau ketahui telah kau pelajari melalui perjalananmu. Kamu hanya perlu mempelajari satu hal lagi.”ujar sang Alkemis itu.

Si bocah ingin mengetahui itu apa itu, tapi sang Alkemis memandang ke cakrawala, mencari elangnya. ”Mengapa kamu disebut sang Alkemis?” Tanya si bocah. ”karena memang itulah aku,” Ujar sang alkemis.

”Dan apa yang salah ketika Alkemis-alkemis lain mencoba membuat emas dan tak berhasil melakukannya?”
”Mereka hanya mencari emas,” jawab teman perjalananya. ”Mereka mencari harta dalam Legenda Pribadinya, tanpa benar-benar menginginkan menjalankan Legenda Pribadinya itu.”

”Apa yang masih perlu aku ketahui?” tanya si bocah.tetapi sang alkemis kembali menatap cakrawala.(hlm 145).

"Mengapa kita harus mendengarkan suara hati kita?" tanya si anak, ketika mereka mendirikan tenda pada hari itu.

"Karena, di mana hatimu berada, di situlah hartamu berada."(hlm 148).

***
Akhirnya si bocah tersebut menemukan letak di mana beradanya Legenda pribadinya itu. Tetapi setelah ia menggali di mana hartanya berada, si bocah mendengar suara kaki. Beberapa orang mendekatinya. Mereka menyuruh si bocah untuk terus menggali, tetapi tidak menemukan apa-apa. Ketika matahari terbit, orang-orang itu menghajar si bocah dan mengambil harta yang dimiliki si bocah dan akhirnya si bocah mengetahui di mana hartanya berada.

Si bocah akhirnya mengetahui di mana hatinya berada yaitu dengan kembali lagi ke gereja kecil dan terbengkalai dengan pohon Sikamor yang masih tegak di sakritis. Setelah pagi-pagi ia menggali di dasar pohon sikamor dan setelah setengah jam kemudian, sekopnya membentur sesuatu yang keras. Satu jam kemudian, di hadapannya tampak seperti coin emas Spanyol. Juga ada batu-batu berharga, topeng-topeng emas yang dihiasi bulu-bulu merah dan putih, dan patung-patung batu bertatahkan permata. Perjalanan itu pulalah yang membawanya menemukan cinta sejatinya: Fatima, gadis gurun yang setia menanti kepulangannya.

Membaca novel ini seperti menjelajahi suatu petualangan yang penuh keajaiban dan kearifan mengikuti hati seseorang. Novel ini memuat pesona komis, ketegangan dramatis, dan intensitas psikologis sebuah novel. Serta cerita ini disajikan dengan kelugasan dan kesadaran yang mengangkat pembacanya keluar dari waktu dan memusatkan perhatian pada kisah ajaib tentang seorang pemimpin yang mencari dirinya. Sebuah novel dengan pesan yang jelas bagi setiap pembacanya.

Novel ini tampaknya lebih mengedepankan untuk meraih impian. Itu sebabnya banyak kejadian atau konflik yang yang seharusnya dicantumkan lebih detail dan menarik, tetapi hanya ditampilkan secara singkat tanpa kurang dipahami oleh pembacanya. (*)
 

Dua Tiga (I)


Ilustrasi/ist.
Misteri cinta penuh warna

Tak bisa ditebak

tak bisa ditahan saat mengikuti arusnya

Ia tak layu dimakan usia


Dalam pasungan kau bawa cinta

Terlebih ketika ia merasuk jiwa

Terus menusuk kalbu

Akal pikiran tak bisa dicerna


Walau tidak semua hati mau mengerti

Seperti cintamu yang kokoh berdiri

Mungkinkah sampai kau bawa mati


Dua tiga, harimu berdiri tegap

Dua tiga, kau memberi pasungan pada hati yang lain

Dua tiga, disini bersama tawa dan air mata

Dua tiga, bunga yang kau beri ikut layu

#Anonymus

 

Copyright MC2 @ 2015 Jejak Kaki.

MC2 ,