WAROPEN, PAPUA - Pernahkah anda mendengar kisah Jerry Jeferson Kotouki diselamatkan 3 ekor lumba-lumba hingga terdampar di perairan Malaysia? Ini dia kisahnya versi Yohanes Kotouki dan Mantri Agustinus Kotouki (kakak sepupu dari korban).
Pertengahan
akhir bulan Juli 2008, beredar info di Nabire dan Jayapura bahwa ada
seorang pemuda ditendang dari sekoci kapal Labobar oleh teman-temannya
dan tenggelam antara Serui dan Jayapura. Persisnya lurus kepulauan Baik
Numfor kearah Timur.
Awalnya, mereka berkelompok hendak ke Jayapura untuk melanjutkan studi. Ada yang kuliah, yang lain masih tingkat SLTA. Jerry Jeferson Kotouki ada dalam rombongan pelajar mahasiswa ini. Merekapun kemudian naik kapal Labobar yang sandar di pelabuhan Samabusa Nabire.
Di Kapal, karena jenuh, rombongan pemuda ini beranjak keluar cari angin segar. Di anjungan kapal mereka bertemu beberapa teman lain yang lagi mabuk. Merekapun sumbang-sumbang dan beli beberapa botol vodka. Pada saat yang bersamaan, Kapten umumkan akan ada pemeriksaan tiket kapal, dan rombongan pemuda inipun pindah bersembunyi di ujung atas kapal. Tepatnya di dekat tiang sekoci.
Aman disana dan petugas pun tak dapat melihat rombongan pemuda yang sedang duduk asyik mabuk. Rupanya, diantara rombongan ini, ada yang tidak ada tiket alias ke Jayapura tanpa tiket.
Apa yang terjadi selanjutnya tidak tahu. Yang jelas, menurut Yohanes Kotouki dan Agus Kotouki, namanya anak-anak muda jadi kalau sudah mabuk pasti terjadi keributan dan Jefri ditendang keluar oleh teman-temannya. Siapa yang tendang belum tahu, yang jelas, dari sekoci itu mereka baku pukul, kemudian Kotouki ditendang keluar dan terjatuh masuk laut Samudra Pasifik.
Kejadian ini persisnya terjadi antara Kepulauan Yapen Waropen dan Keupulauan Biak Numfor bagian Timur.
Pengumuman orang tenggelam pun kemudian picah di Toa Kapal. Kapten Kapal berkali-kali kasih pengumuman, bahwa di kapal bagian kanan, orang ada tenggelam, kapal akan putar balik jadi penumpang jangan panik, harap tenang - harap tenang. Ya, kapalpun putar balik dan tim penyelamat diturunkan. Putar-putar dua kali di tempat kejadian, Kotouki tidak nampak di permukaan maupun di kedalaman 20 M.
Pada saat yang bersamaan, teman-teman Kotouki yang mabuk bersama-sama ditangkap petugas kapal dan diamankan dalam sel.
Kotouki hilang dalam sekecap dan seluruh penumpang panik. Beberapa keluarga yang mendengar informasi itu, ribut dan berontak di ruang kapal. Namun apa daya, kapal pun tetap berlayar ke Jayapura sesuai jadwal.
Di Nabire, keluarga Kotouki mendengar informasi tenggelamnya Jefri Kotouki. Ayah kandungnya, Bapak Kotouki tak kuasa menahan tangis. Ia kemudian serahkan masalah ini kepada Yohanes Kotouki (sebagai Kakak tertua) untuk mengusut dan menyelesaikan persoalan tenggelamnya anak kesayangannya itu.
Pihak Jhon selama 1 minggu mencari dan mengumpulkan informasi. Kira-kira teman-teman dari Jefri ini siapa saja. Kapal Labobar yang balik dari Jayapura, kemudian “dipalang” di Nabire. Yohanes langsung ke ruang Kapten.
“Siang pak. Saya minta Bapak kasih data lengkap siapa yang kasih tenggelam, jam berapa ditendang keluar dan pelaku-pelakunya diamankan kemana”, ujar Yohanes sambil menunjuk jarinya ke arah komputer yang ada dekat sang Kapten. Rupanya, Yohanes yakin, semua data rekaman kejadian ada dalam komputer tersebut.
“Anda benar sudah menunjuk langsung. Data kejadian saya sudah ketik dan tunggu saya printkan”, ujar Kapten sambil print kejadian tenggelamnya Jefri.
Berdasarkan data itu,kemudian rombongan Yohanes langsung mendatangi keluarga pelaku yang menendang Jefri ke laut. Menurut Yohanes, semua keluarga menyangkal, bahwa yang menendang itu bukan anggota keluarganya. “Itu pasti orang Wandamen atau Manokwari jadi silakan cari disana”, ujar Yohanes menirukan pernyataan keluarga pelaku.
Keributan pun merebak. Antara keluarga Kotouki dan masyarakatnya baku kejar dengan alat tajam. Masalahpun kemudian tiba di Kantor Polisi. Untungnya, kata Yohanes, pihaknya sudah memberitahukan terlebih dahulu kepada pihak polisi sehingga ketika pihak pelaku datang mengadu, polisi tangani dengan bijaksana dan kemudian dicari solusi bersama-sama untuk selesaikan masalah tersebut secara adat.
Pada waktu itu, bupati Nabire yaitu bapak Anselmus Petrus Youw dan keluarga pelaku diantaranya adalah anggota DPRD Kabupaten Nabire, Didimus Waray. Bupati pun kemudian turun tangan menyelesaikan persoalan. Pada waktu itu, disepakati bersama-sama agar segala perusakan baik yang terjadi di Kantor DPRD dan rumah pribadi ditanggung oleh Pemerintah Daerah. Sementara penyelesaikan penenggelaman Jefri dapat disepakati bersama-sama. Pihak Kepolisian kemudian memberi waktu kepada keluarga untuk mencari solusi yang terbaik.
Pada waktu tenggang, Mantri Agus Kotouki memberi solusi kepada adiknya Yohanes Kotouki: “bagaimana kalau kita mencari Jefri yang hilang ini lewat “orang pintar” atau dukun. Tujuannya ingin mencari tahu tulang belulang Jefri terdampar di pantai mana atau dimakan - ditelan ikan hiu”.
Rombongan Kotouki inipun kemudian tiba di salah satu “orang pintar” ternama di Nabire. Ia seorang haji. Setelah diterawang, hasilnya, pak Haji ini mengatakan: “Jefri masih hidup. Ia diselamatkan oleh 3 ekor lumba-lumba dan sekarang ini ada di Malaysia”. Ohhh.... keluarga Kotouki terharu menangis namun belum yakin betul. Kemudian, pak Haji ini mencari tahu kira-kira Jefri ini ada tinggal di wilayah mana. Hasil terawangannya menunjuk ke arah pelabuhan. “Jefri sedang tinggal di dekat pantai. Di pelabuhan laut. Ia tinggal bersama seorang bos disitu”, ujar pak Haji.
Kemudian, pak Haji minta keluarga Korban untuk kumpul uang kira-kira sampai 1 juta untuk isi pulsa untuk telepon ke Malaysia. Kata pak Haji, di dekat pelabuhan itu ada keluarganya yang sedang tinggal disana. Ia mau telepon ke keluarganya itu untuk pergi mencari tahu orang Papua yang sedang dipelihara di dekat pelabuhan.Sekaligus mau minta nomor telepon rumah bos yang menampung Jefry.
Kisah Bersambung
Sumber: swarapapua.com
Awalnya, mereka berkelompok hendak ke Jayapura untuk melanjutkan studi. Ada yang kuliah, yang lain masih tingkat SLTA. Jerry Jeferson Kotouki ada dalam rombongan pelajar mahasiswa ini. Merekapun kemudian naik kapal Labobar yang sandar di pelabuhan Samabusa Nabire.
Di Kapal, karena jenuh, rombongan pemuda ini beranjak keluar cari angin segar. Di anjungan kapal mereka bertemu beberapa teman lain yang lagi mabuk. Merekapun sumbang-sumbang dan beli beberapa botol vodka. Pada saat yang bersamaan, Kapten umumkan akan ada pemeriksaan tiket kapal, dan rombongan pemuda inipun pindah bersembunyi di ujung atas kapal. Tepatnya di dekat tiang sekoci.
Aman disana dan petugas pun tak dapat melihat rombongan pemuda yang sedang duduk asyik mabuk. Rupanya, diantara rombongan ini, ada yang tidak ada tiket alias ke Jayapura tanpa tiket.
Apa yang terjadi selanjutnya tidak tahu. Yang jelas, menurut Yohanes Kotouki dan Agus Kotouki, namanya anak-anak muda jadi kalau sudah mabuk pasti terjadi keributan dan Jefri ditendang keluar oleh teman-temannya. Siapa yang tendang belum tahu, yang jelas, dari sekoci itu mereka baku pukul, kemudian Kotouki ditendang keluar dan terjatuh masuk laut Samudra Pasifik.
Kejadian ini persisnya terjadi antara Kepulauan Yapen Waropen dan Keupulauan Biak Numfor bagian Timur.
Pengumuman orang tenggelam pun kemudian picah di Toa Kapal. Kapten Kapal berkali-kali kasih pengumuman, bahwa di kapal bagian kanan, orang ada tenggelam, kapal akan putar balik jadi penumpang jangan panik, harap tenang - harap tenang. Ya, kapalpun putar balik dan tim penyelamat diturunkan. Putar-putar dua kali di tempat kejadian, Kotouki tidak nampak di permukaan maupun di kedalaman 20 M.
Pada saat yang bersamaan, teman-teman Kotouki yang mabuk bersama-sama ditangkap petugas kapal dan diamankan dalam sel.
Kotouki hilang dalam sekecap dan seluruh penumpang panik. Beberapa keluarga yang mendengar informasi itu, ribut dan berontak di ruang kapal. Namun apa daya, kapal pun tetap berlayar ke Jayapura sesuai jadwal.
Di Nabire, keluarga Kotouki mendengar informasi tenggelamnya Jefri Kotouki. Ayah kandungnya, Bapak Kotouki tak kuasa menahan tangis. Ia kemudian serahkan masalah ini kepada Yohanes Kotouki (sebagai Kakak tertua) untuk mengusut dan menyelesaikan persoalan tenggelamnya anak kesayangannya itu.
Pihak Jhon selama 1 minggu mencari dan mengumpulkan informasi. Kira-kira teman-teman dari Jefri ini siapa saja. Kapal Labobar yang balik dari Jayapura, kemudian “dipalang” di Nabire. Yohanes langsung ke ruang Kapten.
“Siang pak. Saya minta Bapak kasih data lengkap siapa yang kasih tenggelam, jam berapa ditendang keluar dan pelaku-pelakunya diamankan kemana”, ujar Yohanes sambil menunjuk jarinya ke arah komputer yang ada dekat sang Kapten. Rupanya, Yohanes yakin, semua data rekaman kejadian ada dalam komputer tersebut.
“Anda benar sudah menunjuk langsung. Data kejadian saya sudah ketik dan tunggu saya printkan”, ujar Kapten sambil print kejadian tenggelamnya Jefri.
Berdasarkan data itu,kemudian rombongan Yohanes langsung mendatangi keluarga pelaku yang menendang Jefri ke laut. Menurut Yohanes, semua keluarga menyangkal, bahwa yang menendang itu bukan anggota keluarganya. “Itu pasti orang Wandamen atau Manokwari jadi silakan cari disana”, ujar Yohanes menirukan pernyataan keluarga pelaku.
Keributan pun merebak. Antara keluarga Kotouki dan masyarakatnya baku kejar dengan alat tajam. Masalahpun kemudian tiba di Kantor Polisi. Untungnya, kata Yohanes, pihaknya sudah memberitahukan terlebih dahulu kepada pihak polisi sehingga ketika pihak pelaku datang mengadu, polisi tangani dengan bijaksana dan kemudian dicari solusi bersama-sama untuk selesaikan masalah tersebut secara adat.
Pada waktu itu, bupati Nabire yaitu bapak Anselmus Petrus Youw dan keluarga pelaku diantaranya adalah anggota DPRD Kabupaten Nabire, Didimus Waray. Bupati pun kemudian turun tangan menyelesaikan persoalan. Pada waktu itu, disepakati bersama-sama agar segala perusakan baik yang terjadi di Kantor DPRD dan rumah pribadi ditanggung oleh Pemerintah Daerah. Sementara penyelesaikan penenggelaman Jefri dapat disepakati bersama-sama. Pihak Kepolisian kemudian memberi waktu kepada keluarga untuk mencari solusi yang terbaik.
Pada waktu tenggang, Mantri Agus Kotouki memberi solusi kepada adiknya Yohanes Kotouki: “bagaimana kalau kita mencari Jefri yang hilang ini lewat “orang pintar” atau dukun. Tujuannya ingin mencari tahu tulang belulang Jefri terdampar di pantai mana atau dimakan - ditelan ikan hiu”.
Rombongan Kotouki inipun kemudian tiba di salah satu “orang pintar” ternama di Nabire. Ia seorang haji. Setelah diterawang, hasilnya, pak Haji ini mengatakan: “Jefri masih hidup. Ia diselamatkan oleh 3 ekor lumba-lumba dan sekarang ini ada di Malaysia”. Ohhh.... keluarga Kotouki terharu menangis namun belum yakin betul. Kemudian, pak Haji ini mencari tahu kira-kira Jefri ini ada tinggal di wilayah mana. Hasil terawangannya menunjuk ke arah pelabuhan. “Jefri sedang tinggal di dekat pantai. Di pelabuhan laut. Ia tinggal bersama seorang bos disitu”, ujar pak Haji.
Kemudian, pak Haji minta keluarga Korban untuk kumpul uang kira-kira sampai 1 juta untuk isi pulsa untuk telepon ke Malaysia. Kata pak Haji, di dekat pelabuhan itu ada keluarganya yang sedang tinggal disana. Ia mau telepon ke keluarganya itu untuk pergi mencari tahu orang Papua yang sedang dipelihara di dekat pelabuhan.Sekaligus mau minta nomor telepon rumah bos yang menampung Jefry.
Kisah Bersambung
Sumber: swarapapua.com
MR: MC2