WAROPEN, PAPUA - Pada edisi Senin (14/07) lalu, kita sudah membaca pencarian Jefry Kotouki tiba di Malaysia sesuai petunjuk Pak Haji, bahwa Jefry usai ditendang ke laut oleh teman-teman dari Labobar di lautan Pasifik Selatan, ia diselamatkan oleh 3 ekor lumba-lumba hingga tiba di pesisir pantai Malaysia Timur.
Pak
Haji minta keluarga Kotouki untuk beli pulsa kira-kira seharga 1 juta
rupiah agar bisa tembus sampai di Malaysia. Pak Haji mau telepon kepada
keluarganya untuk tolong cek alamat rumah dan nomor telepon. Dalam sekejap, keluarga sudah sumbang uang dan dengan uang itu segera diisikan pulsa.
Pak
Haji bilang, isikan di nomornya Yohanes. Setelah diisi, pak Haji
telepon ke Malaysia dengan kode wilayah 00160.xxxxxxxx. Telepon pun
berdering dan diangkat oleh adiknya pak Haji.
"Dik,
disini ada tamuku, mereka ada mencari adiknya yang terdampar di sekitar
pelabuhan. Coba adik pergi ke pelabuhan, tolong tanya-tanya orang
disitu, kira-kira ada orang Papua yang tinggal disitukah?", minta pak
Haji kepada saudaranya itu.
"Oiya
besok ya abang, soalnya sudah mulai malam jadi, nanti besok aku cari
tau dan aku akan kabari", ujar adiknya pak haji dari balik telepon.
Keluarga
Yohanes pun kemudian pulang. Sebelum pulang, pak Haji sempat cek pulsa
yang sudah diisi seharga Rp 1 juta itu. Ups, ternyata tinggal 820 ribu
saja. "Ah besok baro kita tambah isi pulsa", ujar Jhon sambil ajak
keluarganya pulang.
Esok
sorenya mereka kembali ke rumah pak Haji. Setibanya disana, pak haji
bilang, ia sudah ditelepon adiknya di Malaysia tadi siang. Adik disana
sudah ketemu rumah dari bos yang menampung Jefry. Alamat rumah lengkap
dengan nomor telepon sudah dikirim, jadi kalian beruntung.Kemudian,
Yohanes pun menelopon di nomor yang dikirim dari Malaysia itu.
“Hallo, ini dengan siape, dari mane”, ujarseorang ibu dengan logat-logat Malasya.
“Ibu, ini dengan kakak kandungnya Jefry Kotouki”, jawab Yohanes.
“Jefry siapa, disini tidak ada yang namanya Jefry”, jawab ibu itu dari balik telepon sambil kasih mati telepon.
Mendengar
itu, Yohanes keringat dingin. Tak percaya dan bertanya lagi ke Pak
Haji. Pak Haji bilang, coba telepon lagi. Yohanes telepon yang kedua
kali lagi, berdering dan diangkat lagi.
“Hallo
selamat Sore, ini dari Yohanes Kotouki dari Nabire, mau bicara dengan
Jefry Kotouki. Saya kaka kandungnya”, Yohanes memulai pembicaraan.
“Ia saya Jefry sendiri. Bagaimana kaka”, syooooo satu rumah berdansa ria. Ada yang Amaduwai disana. Yohanes air mata biji jagung.
“Aduh
adik, betul itu koi ka?”, tanya Yohanes tak percaya. “Betul kaka, saya
sendiri. Ini dengan kaka Yohanes yang di Moanemani ka?”, tanya Jefry.
Kemudian Yohanes menjawab: “Betul, saya sendiri. Ko punya mama dengan
saya punya mama Adik kaka”, jelas Yohanes dan mendengar penjelasan itu
Jefry yakin dan menceritakan kisahnya diselematkan oleh 3 ekor
lumba-lumba.
Jefry
menjelaskan, ketika ia ditendang ke laut, ia sudah tidak sadar diri
(hilang akal) dan tenggelam. Jefry sadar ketika ia muntah-muntah air
laut. Katanya, ada ikan Paus yang membuang dirinya ke udara dan jatuh ke
laut lagi, berulang-ulang sampai dirinya muntah-muntah baru saya
didorong dan sayapun memegang punggungnya. Setelah itu dirinya sadar
bahwa ia sedang diselamatkan oleh ikan lumba-lumba. Puji Tuhan.
Selama
perjalanan di tengah lautan, Jefry melihat yang mengantar dirinya ada 3
ekor lumba-lumba. Mereka bergantian menggendong saya.
“Saya mengatakan, sungguh Tuhan Allah luar biasa. Ia menciptakan penolong di laut sampai sa diselamatkan”, kenang Jefry.
Jefry
menjelaskan, sejak dirinya sadar, hari itu dan malamnya masih diatas
gendongan lumba-lumba. Esok siang, Jefry pun buang mata kiri-kanan
jangan sampai nampak gunung atau kapal. Tetapi tak satupun kapal yang
nampak, apalagi gunung. Sepanjang hari itu hingga malam, masih dalam
perjalanan.
“Namanya ikan jadi, pasti mereka pakai insting saja”, ujar Jefry.
Hari
kedua, Jefry sudah lapar. Apalagi usai muntah jadi perut su kosong. Di
tengah laut sana, persis didepan Jefry dirinya melihat ada bongkahan
kayu. Semakin dekat, semakin dekat, dan Jefry pun lompat dari punggung
lumba-lumba meraih batang kayu itu. Tidak ada makanan disitu, jadi untuk
isi perut, Jefry makan kayu yang sudah lapuk itu. Usai itu ambil kayu, 3
ikan lumba-lumba itu mendekati dirinya dan mendorong kembali. Sungguh
luar biasa.
Malam
pun tiba, tetapi perjalanan tetap berlanjut. Esok hari, Jefry mulai
mendengar suara burung laut. Tidak jauh dari dirinya, itupun ketika
ombak meninggi, ia melihat kearah kanan, ia melihat semacam perahu.
Semakin dekat, bukan perahu yang dilihatnya, tetapi semacam kapal ikan.
Diatasnya ada bendera Malaysia. Dirinya pun sontak berteriak, meminta
pertolongan.
Kata
Jefry, ketika dia berteriak, tiga ekor lomba-lomba itu menghilang dalam
laut, tapi kondisi badannya sudah lemas dan tidak bisa berenang, jadi
Jefry tenggelam. Namun kemudian, mereka muncul lagi dan mendorongnya
sampai ke permukaan.
“Melihat tingkah ini, saya pilih diam saja”, ujar Jefry dari balik telepon. Orang-orang disitu terharu mendengar kisah Jefry.
Namun
tidak lama kemudian, ada bunyi Kapal dari belakangnya. Ia pun lihat ke
belekang begini, mamayo, kapal ikan yang tadi lewat bagian kanan itu
sudah ada dibelakangnya, kira-kira sekitar 3 km. Sungguh sangat jauh.
Luar
biasanya, kata Jefry, 3 ekor ikan lumba-lumba ini langsung balik
kebelakang mendorong Jefry ke arah Kapal. Jefry pun semangat riang.
Tidak
lama kemudian, kapal sudah dekat, dekat, dekat dan tinggal kira-kira 20
meter. 3 ekor ikan lomba-lomba ini, 2 lainnya mulai lompat tinggi,
mungkin tanda kegirangan atau memberi tanda kepada manusia bahwa ada
Jefry disini jadi tolong selamatkan. Mereka bergantian dan sungguh luar
biasa ciptaan Tuhan ini.
Kemudian,
orang-orang di Kapal itu lihat saya dan mereka lompat turun. Ikan
lomba-lomba pun sudah meninggalkannya. Jefry akhirnya diangkut ke kapal
ikan dan kemudian ia diberi makanan dan minum.
Dikapal
ia tidak bicara apa-apa, hanya tidur terbaring, sampai akhirnya tiba di
pelabuhan. Disana, ia ditanyai orang dari mana, kenapa bisa tenggelam
dan bagaimana diselamatkan oleh lumba-lumba. Semua ia jelaskan dengan
baik-baik.
Kemudian
Jefry diantar ke bos Kapal. Rumahnya dekat pelabuhan jadi mereka jalan
kaki saja. Seminggu tinggal disitu dan, Jefry dilaporkan ke pihak polisi
Malaysia dan kedutaan besar Indonesia di Malaysia. Pengumuman pun
disampaikan lewat RRI Jakarta, bahwa bagi keluarga yang merasa kenal
segera menghubungi pihak Malaysia.
Namun
selama tiga bulan berturut-turut pengumuman berjalan, tidak ada
tanggapan dari pihak Indonesia. Di Papua pun keluarga tidak tahu bahwa
ada pengumuman di RRI pusat Jakarta.
Akhirnya,
Jefry diputuskan di Pengadilan Malaysia bahwa Jefry tidak ada
orang-orang tua. Di keterangan surat putusan itu ditulis, orang tua dari
Jefry ialah lumba-lumba dan dipelihara sepenuhnya oleh orang tua
angkatnya di pelabuhan Jahor Malaysia. Jefrypun kemudian menjadi warga
Negara Malaysia. Kalau pulang ke Nabire pun hanya sebentar saja.
Bagian 2/Habis (Klik di Sini untuk baca bagian 1)
Sumber: Swarapapua.com
MR: MC2